Gw lg gatel bgt ni mau komen, gw baru aja buka instastory salah satu so-called influencer dan dia lg baru dpt produk dr satu brand lipstik (sebut saja B), awalnya gw pikir 'ih lucu amat ni packaging nya' I even imagined I might want to buy it someday. But then I saw the shades and the name of the shades itself, HAHAHA. Then I laughed so f***** hard.

Warna2 shades nya dan lebih lg nama shadesnya sama bgt sama salah satu Brand yg duluan udah lama (Brand A). Bahkan sih si brand B ini udah banyak jg yg ngomongin di forum2 dan komunitas kl dia emang copycat ke banyak brand2 lokal d indonesia yg lain dan especially si Brand A, mulai dari shades, sampe campaignnya di Instagram feed dan bahkan modelnya pun mirip2 sama si Brand A, then dia ngeluarin lg produk yg mirip sama brand tetangganya jg, sebut aja brand C dengan ide dan produknya yg kurang lebih 11-12 sama si brand C. Well yeah, it happened. Copycat does exist.

Sebagai netijen pengamat, ngeliat ini ya agak geli geli gatel emosi juga sik.

Kenapa bikin emosik.
Ya karena brand yg merasa lebih dulu ngeluarin warna dan nama shadesnya udah mikirin si produk tsb dengan segala konsep yg matang, dengan berbagai story di belakangnya, sedangkan si copycat just walked away with the ideas and still make some money from it.

Like heyyyyyyy gw udah mikiir weeeyy cape cappeeee ko lo enak bgt si tinggal modifikasi ide gw dikit trus lo jual dan make it yourr ideaa, like hheellll-oooo. What the f*** on earth did you think man like serioulsy come on you better kiddin me or somethin!

But hey!


Why does copycat exist.
We were born as a copycat actually, kita belajar jalan, belajar ngomong, belajar baca, belajar masak, belajar bikin kue, belajar naik mobil, belajar belanja, belajar bikin baju, dan sebagainya ya dengan kita meniru.

Kita, sadar ga sadar suka ga suka dari kecil tu kerjaannya ya NIRU. Kita meniru, copying someone yg bigger than us, someone yg bisa kita look-up-to, someone yg keliatan keren, cool, cantik, baik, pinter, sukses. Kita tuh pada dasarnya ya copycat jugaa pulgosooooo.

When it comes to the brand
Pernah liat kan tas tas chanel atau gucci yg pastinya banyak yg jual dengan harga setengahnya, sepersepuluhnya, bahkan sepersejutanya. THAT IS EXACTLY WHAT HAPPENED GURRLL.

Positifnya
Berarti si brand yg di look up to sama si Brand brand copycat ini dianggap udah berhasil dong, udah sukses create something yg ada pasarnya.
Dan karena udah naturenya people dan karena lebih mudah jg (dari segi ide), maka si brand ini pun membuat copy-an dengan sedikit modifikasi and they sell it and yeah easy money comes to mama.

Yang kaya gini ada yg beli? Ada banget! Makanya tanah abang masih ruammee buangeett, ya karena ada pasarnya.

Ibu ibu pasti paham sih, beda seribu aja pindah penjual apalagi beda 500rb.

Jd sebenernya ya, at the end ini masalah etis ga etis aja sih. Sah sah aja kl mau stole the idea of someone and make it yours (karena ga ada larangannya nya jg kecuali lo copy sesuatu yg udah ada copy right nya), smua udh ada rejekinya masing-masing juga. Tinggal gmn the OG nya bisa bertahan menghadapi gempuran pasar kaya gini, karena ya kualitasnya si copycat ini juga ga yg jelek juga, they're good tho, they just lack of ideas.

Something that somehow I totally can understand, but yeah, it getting back to you at the end.

Getting back kemana pun I tak paham, I ngantuk. Udah gitu aja.

...


Nothing in this world yang yg 100% original juga sebenernya. Rambut, gaya make up, cara berpakaian, bahkan cara berpikir gw, in a way or another pasti ngikutin salah satu org yg pernah gw liat juga.

So yeah, nothing new in this world babe.

...

Trus intinya apaan sik ni tulisan~
Namanya juga random drpd gabisa tidur.



Yaudah.
Gitu aja.

By now I'm pretty sure that almost alot of you guys must've been heard about sun protector/sun shield/sunscreen/sunblock.

First of all, lo pasti udah pada tau kan soal SPF, atau malah udah bosen dengernya? Actually, me too 😂

Tau juga kan kl SPF itu stands for Sun Protection Factor, singkatnya, contoh; spf 30 means sunscreen ini melindungi kulit lo 30x lebih kuat dari efek buruk sinar matahari vs lo yang kluar ruangan ga pake sunscreen sama sekali, tanpa merujuk kepada waktu.

Hmmm, kenapa ga merujuk pada waktu? Well, intensitas cahaya matahari atau biasa disebut UV index berbeda-beda di setiap waktunya, UV index pada pagi hari biasanya lebih rendah dibanding dengan UV index pada siang hari bolong. Ketika jam menunjukan pukul 12-1 siang misalnya UV indexnya biasanya menunjukan angka 11 (ekstrim). That's why ga dianjurkan sama sekali untuk keluar ruangan pada jam-jam tsb tanpa perlindungan dari sinar matahari.

But here it is, spf itu hanya mengukur seberapa kuat kulit lo terlindungi dari intensitas efek buruk UVB, inget ya hanya UVB.

Nah, people nowadays terlalu sibuk merhatiin berapa spf yg harus mereka pake, but hey! they forget about the UVA. Including me😂.

Padahal justru UVA itu yang berbahaya, it can cause you early aging sign, hyperpigmention, wrinkles, fine lines, age spot, dark spot, and even skin cancer.

UVA has a wavelength longer than UVB, UVA bisa menembus melewati awan, dan bahkan jendela rumah (itu makanya knapa lo harus ttp pake sunscreen even itu mendung atau cuma beraktivitas di dalam rumah seharian).

Unlike UVB, UVA itu unmeasurable, artinya ga kaya UVB yg kita bisa tau pasti kapan kulit kita terbakar dan merah2, UVA ga langsung membuat lo jd kena dark spot atau wrinkles, it takes time. Pelan tp pasti. Makanya penting cari sunscreen yg tertulis PA+ selain SPF di kemasannya. Semakin panjang tanda + dibelakang PA itu berarti semakin kuat juga protection si sunscreen itu terhadap UVA (ex; spf30 PA+++)

Atau, pilih sunscreen yg tertulis broad spectrum/full spectrum. Biasanya sih ini ada di mineral/physical sunscreen dan tentu saja sunscreen jenis ini melindungi kita dari UVA dan UVB.

So, remember guys, choose sunscreen with spf, PA, and/or broad spectrum in it. Then you good to go!



Udah kepanjangan ya, pantesan, lelah akutu 😂.

Lanjut part 2 aja ya about how to choose a good sunscreen and why.

Kl ga males 😂😂😂